BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Di negara berkembang seperti di Indonesia kejadian operasi Sectio caesarea yang semakin banyak sudah issue , tapi ada suatu indicator yang dijadikan patokan masyarakat. Dari data tahun 1975, di jaman operasi section caesare masih jarang dilakukan, angka kematian ibu yang melahirkan sekitar 30 orang setiap 1000 orang ibu yang melahirkan. Lewat keseriusan pemerintah untuk menekan angka kematian ibu terus diupayakan sehingga pada tahun 1996 mencanangkan “Gerakan Sayang Ibu” (GSI) dan mematok angka 2,25% dari semua persalinan sebagai target nasional untuk menurunkan angka kematian ibu pada akhir 1999 (Cindy, dkk, 2005).
Indikasi sectio caesarea antara lain : Ibu / janin : Distosia (ketidakseimbangan sepalopelvik, kegagalan induksi persalinan, kerja rahim yang abnormal). Ibu : Penyakit pada ibu (Eklapmsia, DM, Penyakit jantung,Ca servik), pembedahan sebelumnya, sumbatan pada jalan lahir. Janin : Gangguan pada janin, Prolaps tali, Mal presentasi. Plasenta : Plasenta previa, Abrupsion plasenta. Untuk menekan angka kematian ibu dan janin salah satu cara bisa dilakukan dengan tindakan operasi. Tindakan persalinan yang biasa dilakukan adalah bedah Caesar.
Di negara maju frekuensi operasi sectio caesarea berkisar antara 1,5% sampai dengan 7% dari semua persalinan (Sarwono, 1999). Indikasi dilakukan section caesarea pada ibu adalah disproporsi Cepalo pelvic, placenta previa, tumor jalan lahir, hidramnion, kehamilan gamely, sedangkan janin adalah janin besar, mal presentasi, letak lintang, hidrocepalus (Oxom, 2008). Pre eklampsia atau peningkatan tekanan darah, protenuria dan udem pada ibu hamil juga merupakan indikasi dilakukan operasi sectio caesarea. Karena bila dipaksakan pervaginaan dapat berisiko terjadi kejang pada ibu atau eklampsia.
Eklampsia dapat menyebabkan kematian ibu bahkan janin yang dikandungnya.Namun demikian operasi sectio caesarea bukan tanpa adanya resiko. Komplikasi section caesarea antara lain perdarahan, infeksi (sepsis), dan cedera di sekeliling struktur (usus besar, kandung kemih, pembuluh ligament yang lebar,ureter) (Hacker, 2001).
Perawat harus memahami hal tersebut, harus mampu melakukan asuhan keperawatan pada pasien post operasi sectio caesarea. Melakukan pengkajian pada pasien, menentukan diagnose yang bisa atau mungkin muncul, menyusun rencana tindakan dan mengimplementasikan rencana tersebut serta mengevaluasi hasilnya. Atas dasar uraian di atas, maka penulis mengambil judul laporan ini: “Asuhan Keperawatan pada Ny. A dengan Post Sectio Caesarea Rumah Sakit Umum Daerah Batu Aji”.
1.2. Tujuan Penulisan
1.2.1 Tujuan Umum
Mahasiswa mampu secara umum melakukan Asuhan Keperawatan pada Ny.A dengan diagnose Post Sectio Caesarea Indikasi Ketuban Pecah dini di Ruang kebidanan Rumah Sakit Umum Daerah Batu Aji Batam.
1.2.2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu melaksanakan pengkajian secara sistematis pada Ny. A dengan Post Sectio Caesarea di ruang Kebidanan Rumah Sakit Umum Daerah Batu Aji Batam.
b. Mahasiswa mampu menegakkan diagnose keperawatan sesuai dengan data pengkajian yang didapat pada Ny. A dengan Post Sectio Caesarea di ruang Kebidanan Rumah Sakit Umum Daerah Batu Aji Batam.
c. Mahasiswa mampu membuat intervensi sesuai dengan diagnose keperawatan pada Ny. A dengan Post Caesarea di ruang Kebidanan Rumah Sakit Umum Daerah Batu Aji Batam.
d. Mahasisawa mampu mengimplentasikan rencana tindakan yang telah di susun di ruang Kebidanan Rumah Sakit Umum Daerah Batu Aji Batam.
e. Mahasiswa mampu mengevaluasi tindakan yang telah di laksanakan di ruang Kebidanan Rumah Sakit Umum Daerah Batu Aji Batam.
1.3 Manfaat Penelitian
1.3.1 Bagi Penulis
Sebagai sarana dan alat dalam memperoleh pengetahuan dan pengalaman khususnya dalam bidang maternitas pada pasien post sectio caesarea .
1.3.2 Institusi Rumah Sakit
Sebagai bahan masuk dan evaluasi yang diperlukan dalam pelaksanaan praktek layanan keperawatan khususnya pada pasien post operasi sectio caesaria
1.3.3 Institusi Pendidikan
Sebagai bahan masukan dalam kegiatan proses belajar mengajar tentang asuhan keperawatan pada pasien post sectio caesarea dengan ketuban pecah dini yang dapat digunakan acuan bagi praktek mahasiswa keperawatan.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
2.1 KONSEP DASAR
2.1.1 Definisi
Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum terdapat tanda mulai persalinan dan ditunggu satu jam sebelum terjadi inpartu. Ketuban pecah dini merupakan pecahnya selaput janin sebelum proses persalinan dimulai.
1. KPD saat preterm (KPDP) adalah KPD pada usia <37 minggu
2. KPD memanjang merupakan KPD selama >24 jam yang berhubungan dengan peningkatan risiko infeksi intra-amnion
Ketuban dinyatakan pecah dini bila terjadi sebelum proses persalinan berlangsung. Ketuban pecah dini disebabkan oleh karena berkurangnya kekuatan membrane atau meningkatnya tekanan intra uterin atau oleh kedua faktor tersebut. Berkurangnya kekuatan mambran disebabkan adanya infeksi yang dapat berasal dari vagina serviks. (Sarwono Prawiroharjo, 2002)
Ketuban pecah dini atau sponkaneous/ early/ premature rupture of the membrane (PROM) adalah pecahnya ketuban sebsalum partu : yaitu bila pembukaan pada primigravida dari 3 cm dan pada multipara kurang dari 5 cm. (Rustam Mochtar 1998).
Sectio caesaria adalah pembedahan untuk melahirkan janin dengan membuka dinding perut dan dinding rahim rahim.(ArifMansjoer,2002)
Sectio caesaria adalah suatu cara melahirkan janin dengan membuat syatan pada dinding uterus melalui dinding depan perut atau vagina.(Rustam Mokhtar, Edisi 2.1998)
2.1.2 Etiologi Ketuban Pecah Dini
Etiologi ketuban pecah dini belum di ketahui. Faktor predisposisi ketuban pecahh dini ialah : infeksi genettalia, servik inkopeten, kehamilan gemeli, hidramnioan, kehamilan preterm, disporsi sefalovelik. ( arief Mansjoer,2002)
2.1.3 Patofisiologi
Banyak teori, mulai dari defect kromosom kelainan kolagen, sampai infeksi. Pada sebagian besar kasus ternyata berhubungan dengan infeksi (sampai 65%)
1. High virulensi : Bacteroides
2. Low virulensi : Lactobacillus
Kolagen terdapat pada lapisan kompakta amnion, fibroblast, jaringa retikuler korion dan trofoblas. Sintesis maupun degradasi jaringan kolagen dikontrol oleh system aktifitas dan inhibisi interleukin -1 (iL-1) dan prostaglandin.
Jika ada infeksi dan inflamasi, terjadi peningkatan aktifitas iL-1 dan prostaglandin, menghasilkan kolagenase jaringan, sehingga terjadi depolimerasi kolagen pada selaput korion/ amnion, menyebabkan ketuban tipis, lemah dan mudah pecah spontan.
2.1.4 Komplikasi ketuban pecah dini
1. Infeksi intrapartum (korioamnionitis)
2. Persalinan preterm, jika terjadi pada usia kehamilan preterm
3. Prolaps tali pusat
4. Indeks cairan amnion berkurang
( arief Mansjoer,2002)
2.1.5 Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan leukosit darah : > 15.000/ul bila terjadi infeksi
b. Tes lakmus merah berubah menjadi biru
c. Amniosentesis
d. USG : menentukan usia kehamilan indeks cairan berkurang . ( arief Mansjoer,2002)
2.2 Proses Keperawatan
2.2.1 Pengkajian
Pengkajian adalah langkah awal dan dasar dalam proses keperawatan secara keseluruhan. Adapun pengkajian yang dilakukan pada pasien post section caesarea adalah:
a. Sirkulasi
Kehilangan darah selama prosedur pembedahan kira-kira 600-800 ml, respon automatic missal: perubahan TD, nadi dan pernafasan.
b. Integritas ego
Dapat menunjukkan labilitas emosional, ketakutan, marah dan menarik diri, pasien/pasangan dapat memiliki pertanyaan atau salah terima peran dalam pengalaman kelahiran.
c. Eliminasi
Kateter urinarius indwelling terpasang, urine jernih pucat, bising usus tidak ada, samara atau jelas, ketidakmampuan defekasi atau flatus, kekakuan abdomen, nyeri tekan.
d. Makanan/ cairan
Abdomen lunak dengan tidak ada distensi pada awal, anoreksia, mual,muntah, haus, membrane mukosa kering, pembatasan pemasukan/ priode pra operasi.
e. Neurosensori
Kerusakan gerakan, dan sensasi dibawah tingkat anastesi spinal epidural.
f. Nyeri/ Ketidaknyamanan
Mungkin mengeluh ketidaknyamanan dari berbagai sumber, missal: trauma bedah / insisi nyeri penyerta, distensi kandung kemih/ abdomen, efek-efek anastesi, perubahan pada tonus otot, distraksi.
e. Pernafasan
Bunyi paru jelas dan vasikuler, kondisi yang kronis/batuk, dangkal, takipnea.
g. Keamanan
Balitan abdomen dapat tampak sedikit noda atau sedikit kering utuh, jalur parenteral, bila digunakan paten dan sisi bebas eritema, bengkak dan nyeri tekan, infeksi pasca melahirkan, alergi atau sensitive terhadap obat, makanan, plesteron, defisiensi umum, riwayat transfuse darah, demam.
h. Sexualitas
Fundus kontraksi kuat dan terletak di umbilicus, aliran lokhea, sedang dan bebas bekuan berlebihan/banyak.
2.2.2 Diagnosa Keperawatan
a. Resti terjadinya Infeksi berhubungan dengan Insisi pembedahan bekas operasi.
b. Nyeri akut berhubungan dengan agen fisik.
c. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan yang berlebihan melalui rute normal.
d. Konstipasi berhubungan dengan efek farmakologis sedative (anestesi).
e. Perubahan eliminasi urine berhubungan dengan efek farmakologis sedative (anastesi).
f. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi.
2.2.3 Intervensi
a. Resti terjadinya Infeksi berhubungan dengan Insisi pembedahan bekas operasi.
Hasil yang diharapkan Klien akan : Bebas dari infeksi.
Pencapaian tepat waktu dalam pemulihan luka tanpa komplikasi.
INTERVENSI | RASIONAL |
Mandiri a. Tinjau ulang kondisi/ factor risiko yang ada sebelumnya.catat waktu pecah ketuban. b. Kaji terhadap tanda dan gejala infeksi ( mis,.peningkatan suhu,nadi,jumlah sel darah putih,atau bau). c. Berikan perawatan perineal sedikitnya 4 jam bila ketuban telah pecah. d. Dapatkan kultur darah, vagina,dan plasenta sesuai indikas e. Berikan antibiotic spectrum luas parenteral pada praoperasi. | a. Kondisi dasar Ibu,seperti diabetes atau hemoragi, menimbulkan potensial risiko infeksi/penyembuhan luka yang buruk. b. Pecah ketuban terjadi 24 jam sebelum pembedahan dapat mengakibatkan korioamnionitis sebelum intervensi bedah & dapat mengubah penyembuhan luka. c. Menurunkan risiko kontaminan kulit memasuki insisi,menurunkan risiko infeksi pascaoperasi. d. Mengidentifikasi organism yang menginfeksi dan tingkat keterlibatan. e. Antibiotik profilaktik dapat dipesankan untuk mencegah terjadinya proses infeksi. |
b. Nyeri akut berhubungan dengan agen fisik
Kriteria hasil :
a. Menggunakan skala nyeri untuk mengidentifikasi tingkat nyeri
b. Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan manajemen nyeri
c. Melaporkan kebutuhan tidur dan istirahat tercukup
INTERVENSI | RASIONAL |
a. Tentukan karakteristik dan lokasi nyeri, perhatikan isyarat verbal dan nonverbal b. Berikan informasi mengenai pengebab nyeri c. Memberikan posisi nyaman klien. d. Ajarkan tehnik distraksi dan realaksasi. | a. pada banyak klien, nyeri dapat menyebabkan masalah tekanan darah atau nadi meningkat. b. merilekskan otot dan sensasi nyeri. c. meningkatkan kenyamanan dan menurunkan destraksi tidak menyenangkan dan meningkatkan rasa sehahtera. d. meningkatkan kenyamanan, yang memperbaiki status psikologis dan meningkatkan mobilitas. |
c. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan yang berlebihan melalui rute normal.
Kriteria hasil :Menunjukkan tekanan darah atau nadi dalam batas normal, turgor kulit baik, membrane mukosa lebab, klien tidak lemah.
INTERVENSI | RASIONAL |
a. Monitor TTV. b. Kaji frekuensi dan jumlah berkemih. c. Perhatikan kulit bibir dan membrane mukosa. d. Kaji karakter dan jumlah lochea. e. Kaji kondisi insisi caesarean. | a. hipotensi dan takikardi dapat menunjukkan hipovolemik. b. fungsi ginjal adalah indikator volume, sirkulasi darah. c. membrane mukosa/bibir kering dan turgor kulit buruk menandakan ketidakadekuatan masukan cairan dalam hubungannya. d. dengan kebutuhan cairan.kembali ke pendarahan merah terang adalah abnormal, aliran yang deras dan cepat menandakan hemoragi pasca partum lanjut. e. Untuk mengidentifikasi perlambatan penyembuhan dan potensi terhadap heragi/denizens pemasukan cairan parenteral dapat menggantikan cairan yang keluar dan dapat memberikan perbandingan untuk mengkaji beratnya kehilangan darah |
d. Konstipasi berhubungan dengan efek farmakologis sedative (anestesi)
Kriteria hasil : Pasien bias melakukan BAB dengan lancar
INTERVENSI | RASIONAL |
a. Melakukan kembali kebiasaan defekasi normal. b. Kaji terhadap adanya hemoroid, beri informasi tentang masukan kembali hemoroid, beri informasi tentang masukan kembali hemoroid ke dalam kanal rectal. c. Berikan informasi sedikit yang tetap tentang pentingnya makanan kasar, cairan dan upaya untuk membuat penosongan normal. d. Anjurkan pasien untuk meningkatkan aktivitas dan anigulasi sesuai toleransi. e. Kolaborasi dalam pemberian laksatif pelunak feses suppositoria dan enema . | a. Kembalinya fungsi gastrointestinal, mungkin terhambat oleh efek anastesi. Adanya bunyi abnormal (gemricil dan nada tinggi/bunyi gemuruh panjang) menunjukkan komplikasi. b. menurunkan ukuran hemoroid, menghilangkan gatal dan ketidaknyamanan serta meningkatkan vasokonstriksi local. c. makanan kasar (buah-buahan dan sayuran, khususnya dengan biji dan kulit dan peningkatan cairan)akan merangsang eliminasi. d. membantu meningkatkan peristaltic gastrointestinal. e. mungkin diperlukan untuk meningkatkan kembali kebiasaan defekasi normal, mencegah mengejan/stress perincal selama pengosongan. |
e. Perubahan eliminasi urine berhubungan dengan efek farmakologis sedative (anastesi).
Kriteria hasil :
Pasien dapat mengosongkan kandung kemih setiap kali berkemih, mendapatkan pola berkemih yang biasa/optimal.
INTERVENSI | RASIONAL |
a. Kaji maukan cairan dan pengeluaran urine dan lamanya persalinan. b. Perhatikan adanya oedema/laserasi yang digunakan. c. Anjurkan minum 6-8 gelas/hari. d. Kaji tanda-tanda ISK (missal rasa terbakar pada saat berkemih, peningkatan frekuensi, urine). e. Pertahankan IVFD selama 12 jam setelah pembedahan sesuai indikasi, tingkatkan jumlah cairan infuse bila pengeluaran 30 cc/gr. | a. persalinan yang lama dan pergantian cairan yang tidak efektif dapat mengakibatkan dehidrasi dan menurunkan pengeluaran urine. b. Trauma kandung kemih uretra/oedema dapat mengganggu berkemih, anastesi dapat mengganggu sensasi penuh pada kandung kemih. c. membantu mencegah statis dan dehidrasi dan mengganti cairan yang hilang pada waktu persalinan d. statis hygiene buruk dan masuknya bakteri dapat memberikan kecenderungan pasien terkena ISK e. biasanya 3 liter cairan, merupakan RL adekuat untuk menggantikan kehilangan dan mempertahankan aliran ginjal/pengeluaran urine. |
f. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi
Kriteria hasil :Mengungkapkan pemahaman akan perilaku bayi, status fisik dan kebutuhan perawatan, berpartisipasi dalam perawatan bayi, mendemonstrasikan penguasaan tindakan, merencanakan kepulangan dengan tepat, penatalaksanaan oleh rumah dan pengguna sumber-sumber yang ada.
INTERVENSI | RASIONAL |
a. Bantu klien dan pasangan mengidentifikasikan kebutuhan. b. Berikan informasi tentang perawatan diri dan perubahan fisiologis. c. Berikan informasi tentang menyusui dan menghindari pemberian obat tanpa konsultasi. d. Meberikan informasi dalam bentuk tulisan bagi pasien/orang terdekat untuk dibawa pulang. e. Dorong pertanyaan, berikan jawaban dengan jelas dan ringkas dan kuatkan informasi sesuai kebutuhan. | a. periode pasca natal dapat merupakan pengalaman positif bilapenyuluhan yang tepat diberikan untuk membantu mengembangkan pertumbuhan ibu, maturasi dan kompetensi. b. berperan pada adaptasi yang positif dari perubahan fisik dan emosional c. membantu meningkatkan keberhasilan laktasi/beberapa obat di kontraindikasi selama laktasi yang memungkinkan menimbulkan efek pada bayi yang baru lahir. d. mengikuti pengingat dapat meningkatkan pemahaman pasien dan kerja sama dengan program yang diperlukan, instruksi tulisan membantu pasien. e. Membantu mengidentifikasi kebutuhan belajar dan mengklarifikasi kesalahan konsep. |
BAB III
PENGKAJIAN DATA DASAR
Nama : Yulasnawati Tanggal pengkajian : 19-03-2011
Ruangan : Kebidanan Jam : 11.45 WIB
I. RIWAYAT KEPERAWATAN
A. DATA BIOGRAFI
1. PASIEN
Inisial klien :Ny. A Tgl MRS : 18-03-2011
Umur : 31 tahun Jam : 12.00 WIB
Agama : Islam Rekam medic : 02-76-90
Pekerjaan : Guru
Alamat : Muka Kuning, kampung Selayang
Diagnose : G1 P2 A1 + Ketuban Pecah Dini
Nama Suami : Jhon Latif
Umur : 25 Tahun
Alamat : Muka Kuning, Kampung Selayang
Pekerjaan : Swasta
2. RIWAYAT KESEHATAN
No | Tipe persalinan | BB lahir | Keadaan Bayi Baru lahir | Komplikasi nifas | Umur bayi |
1. | SC | 1200 gr | Premature | | 1 hari |
1. Masalah Persalinan Sekarang : P2 A1 H1
2. Riwayat Persalinan Sekarang : POST SC hari pertama
3. Riwayat KB : pasien mengatakan bahwa sebelumnya menggunakan pil KB dan Pil suntik
4. Rencana KB : Pasien mengatakan bahwa rencana
kedepannya akan menggunakan KB suntik
II. POLA AKTIVITAS SEHARI-HARI
NO | Aktivitas | Sebelum Sakit | Sesudah Sakit |
1 | Makan -Frekuensi -Banyak/Porsi -Jenis | 2 x dalam sehari 1 porsi Lauk pauk, sayuran , buah ,dl | Pasien belum boleh makan pasien belum boleh makan pasien belum boleh makan |
2 | Minum -Frekuensi -Banyak -Jenis | 1 gelas 8 x / hari Air putih + teh | Pasien belum minum - - |
3 | Eliminasi -BAK -Frekuensi -Banyak -Warna -BAB -Frekuensi -Konsistensi -Warna | Sering 8 x / hari Kuning 1 x sehari Padat Kuning | Pasien menggunakan kateter 150 cc Kuning Pasien Belum BAB Pasien belum BAB Pasien belum BAB |
4 | Pola Istirahat -Tidur Malam -Waktu -Bangun Tengah Malam -Perilaku sebelum tidur -Tidur Siang -Waktu -Perilaku Sebelum Tidur | 8 jam Tidak bangun tengah malam Nonton tv 1 jam Nonton tv | - - - - - |
5 | Personal Hygene -Mandi -Frekuensi -Alat yang digunakan -Gosok Gigi -Frekuensi -Alat yang digunakan -Keramas -Frekuensi -Alat yang digunakan -Potong Kuku -Frekuensi -Alat yang digunakan | 2 x sehari Sabun mandi 3 x sehari Pasta gigi + odol 1 x sehari Shampoo 1 minggu Pemotong kuku | 2 hari belum mandi Pasien belum mandi Kumur-kumur Tidak menggunakan odol Belum keramas 2 hari Tidak keramas Belum potong kuku Pasien belum potong kuku |
6 | Aktivitas Fisik (Mobilisasi) ROM - Gerakan jari –jari tangan - Gerakan pinggul dan lutut - Gerakan telapak kaki dan pergelangan kaki - Gerakan leher | Memasak Baik Baik Baik Baik Baik | Baring lemah belum bisa di gerakakan belum bisa di gerakkan lemah |
III. PENGKAJIAN FISIK
1. Tanda-tanda Vital
Tingkat Kesadaran : composmentis
TD : 100/60 mmhg
P : 72 x/i
RR : 24 x/ i
T : 36 ,6 0C
2. Keadaan Umum : Lemah/lemes,Pucat,Pasien mengatakan Nyeri
pada abdomen bekas operasi , pasien mengatakan tidak bisa bergerak , pasien mengatakan nyeri jika bergerak, pasien mengeluh sesak karena kesakitan, Karakteristik terasa di iris,pasien Tampak dibantu oleh keluarga pasien dalam pergerakan ,tampak meringis menahan kesakitan bekas luka post op,Berkeringat, Pasien mengatakan pusing dan mual
a. Keadaan Wajah : normal
b. Bentuk Badan : kurus
c. Tinggi Badan : 158 cm
d. Cara Berbaring : belum bisa bergerak
e. Bicara : baik
3. Rambut dan Kulit Kepala
Inspeksi:
a. Warna Rambut : hitam
b. Kondisi Rambut : tebal
c. Kebersihan Rambut : kotor
d. Lesi : tidak ada lesi
Palpasi:
a. Kelembaban Rambut : kering
b. Struktur Rambut : tidak rontok
c. Benjolan : tidak ada benjolan
4. Mata
Inspeksi:
a. Bentuk bola mata : simetris
b. Konjungtiva : an anemis
c. Kornea : jernih
d. Telinga
Inspeksi:
a. Bentuk Telinga : simetris
b. Sekret/Cairan Darah : tidak ada secret / cairan darah
c. Serumen : tidak ada serumen
d. Lesi : tidak ada lesi
e. Hidung
Inspeksi:
a. Sekret : tidak ada secret
b. Pengeluaran Cairan : tidak ada mengeluarkan cairan dari hidung
c. Lesi : tidak ada lesi
d. Benjolan : tidak ada benjolan
e. Lesi : tidak ada lesi
f. Mulut
Inspeksi:
a. Mukosa Bibir : mukosa bibir lembab
b. Gigi : bersih
c. Gusi : tidak ada pendarahan
d. Lidah : bersih
e. Tonsi/Amandel : tonsil / amandel tidak membesar
g. Leher
Inspeksi:
a. Bentuk Leher : simetris
b. Pembengkakan kelenjar tiroid : tidak ada pembengkakan kelenjar tiroid
c. Gerakan : normal
Palpasi:
a. Kelenjar Tiroid : tidak membesar
d. Dada
Inspeksi:
a. Bentuk : simetris
b. Retraksi/tarikan dinding dada : tidak ada
c. Pembengkakan : tidak ada pembengkakan
d. Lesi : tidak ada lesi
e. Payudara : experted
f. Produksi ASI : belum lancar
g. Abdomen
Inspeksi:
a. Bentuk : simetris
b. Asites : tidak ada asites
c. Pembengkakan : tidak ada pembengkakan
d. Lesi : ada lesi post sc
e. Panjang Luka operasi : ± 10 cm
f. Bentuk luka operasi : horizontal
g. Karakteristik Nyeri : P = post sc
Q = berat
R = insisi pada abdomen
S = 6
T = 3 jam post op
Lochea:
a. Warna : merah
b. Konsistensi : cair
c. Bau : khas
Perineum:
a. Keadaan : utuh
b. Kebersihan : kotor
c. Haemoroid : tidak ada hemoroid
h. Kulit dan Kuku
Inspeksi:
a. Warna Kulit : sawo matang
b. Sianosis : tidak ada sianosis
c. Lesi : tidak ada lesi
d. Warna kuku : pink muda
i. Pemeriksaan Lab:
Leukosit : 1.8 x 103/ul Nilai normal : 4 x 103
Eritrosit : 2.53 x 106 Nilai normal : 4.20 x 106- 6.20 x 106
Hemoglobin : 7.4 g/dl Nilai normal Lk : 13 gr% - 18 gr%,
Nilai normal Pr : 11,5 gr% - 16,5 gr%
Hematokrit : 22.6 % Nilai normal : 37.0- 47.
a. Therapi :
Ceftriaxone : injeksi 2 x 1 gr IV selama 3 hari
Dexametason : injeksi 2 x 2 ml IV selama 3 hari
Metronidazol : 2 x 1 fls selama 3 hari
Tramadol : 3 x 1 ml IV selama 2 hari
Ranitidin : 3 x 2 ml IV selama 2 hari
Pitogin : 3 x 1 ml IM selama 1 hari
Transamin : 3 x 2 ml IV selama 3 hari
Pronalges : 1 supp
3.2 Intervensi Keperawatan
No | Diagnosa | Tujuan | Intervensi | Rasional |
1 | Gangguan Rasa nyaman nyeri b/d Luka bekas operasi d/d pasien mengatakan nyeri beka operasi, Pasien mengatakan nyeri jika bergrak,adanya luka post operasi, Keadaan umum lemah, pasien tampak meringis menagan sakit TTV: TD : 100/60 mmHg, RR : 24 x/menit, N : 72 x/menit, S : 36,3 0C. | Dalam 3 x 24 jam Gangguan rasa nyaman nyeri terpenuhi dengan criteria : Nyeri hilang,keadaan luka kering dan sembuh,tidak meringis kesakitan. | - Kaji tingkat dan karakteristik nyeri . - Atur posisi yang nyaman dan menyengkan. - Ciptakan lingkungan yang nyaman dan tenang. - Ajarkan tekhnik relaksasi. -Kaji tanda-tanda vital pasien - Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian Analgetik. | - Nyeri tidak selalu ada tetapi bila ada harus dibandingkan dengan gejala nyeri pasien sebelumnya. - Mungkin akan mengurangi rasa sakit dan meningkatkan sirkulasi. - Dapat Membantu pasien dalam memenuhi kebutuhan istirahat yang adekuat. - Mengurangi rasa nyeri yang dialami oleh pasien. - Supaya perawat bisa mengetahui seberapakah nyeri yang dialami oleh pasien. - Kenyamanan dan kerjasama pasien dalam pengobatan prosedur dipermudah oleh pemberian analgetik. |
2. | Gangguan mobilitas fisik b/d nyeri pada abdomen post op d/d Pasien mengatakan tidak bisa melakukan aktifitas sendiri , pasien mengatakan nyeri jika bergerak, pasien mengatakan sulit bergerak , pasien tampak di bantu dalam pergerakan, keadaan umum lemah | Setelah di lakukan pengkajian selama 3 x 24 gangguan mobilitas fisik teratasi dengan kriteria hasil : Pasien sudah bisa melakukan aktifitas sendiri , pasien mengatakan sudah bisa bergerak. | - Kaji tingkat mobilitas dari pasien - Motivasi pasien untuk melakukan mobilitas secara bertahap - Pertahankan posisi tubuh yang tepat - Berikan dukungan dan bantuan keluarga / orang terdekat pada latihan gerak pasien. - Dorongan partisipasi pasien dalam semua aktivitas sesuai kemampuan individual | - Diharapkan dapat mempermudah pemberian tindakan pengobatan selanjutnya - Diharapkan dapat meningkatkan kenyamanan dan ambulasi. - Dapatkan meningkatkan posisi fungsional pada tubuh pasien - Memampukan keluarga/orang terdekat untuk aktivas dalam perawatan pasien - perasaan senang dan nyaman pada pasien |
3. | Kurangnya perawatan diri b/d penurunan kekuatan tubuhd/d pasien mengatakan belum mandi selama di rumah sakit, Pasien belum keramas, Rambut pasien tampak berminyak | Setelah dilakukan pengkajian selama 3 x 24 jam kurang perawatan diri teratasi dengan criteria hasil : pasien bisa mandi dengan sendiri, rambut pasien bersih | - Kaji tingkat kemampuan diri dalam perawatan diri - Motivasi klien untuk melakukan aktivitas secara bertahap - berikan banuan sesuai hygiene misal menyisir - Gunting kuku - Libatkan keluarga dalam pemenuhan kebutuhan klien - Kaji karakter dan jumlah aliran lochea - Lakukan keramas - Lakukan brest care - Lakukan vulva hygiene | - Untuk mengetahui kemampuan klien dalam personal hygiene - Mengajarkan klien untuk memenuhi secara mandiri - Meningkatkan harga diri - Untuk kebersihan diri - Keluarga adalah orang yang paling penting tepat untuk masalah ini dan membuat klien lebih di perhatikan - Aliran lochea seharunya tidak banyak - Untuk kebersiahan diri - Agar payudara bersih dan merasang ASI - Agar tidak terjadi infeksi |
4. | Resiko terjadinya infeksi b/d luka post SC di abdomen d/d pasien mengatakan nyeri post SC, Adanya luka post SC, panjang luka ± 10 cm pasien tampak memegang perutnya. | Setelah di lakukan pengkajian selama 3 x 24 jam resiko terjadinya infeksi dapat teratasi dengan criteria hasil : tanda- tanda infeksi tidak di jumpai, pembengkakan tidak ada, nyeri tidak ada, kemerahan tidak ada, rasa panas tidak ada, keadaan luka sembuh / kering. | - Terangkan pada klien pentingnya perawatan luka selama masa post operasi. - Terangkan pada klien cara mengidentifikasi tanda infeksi. - Kaji status nutrisi klien, perhatikan penampilan rambut, kuku jari, kulit dan sebagainya. - Kaji tanda- tada vital . - Perhatikan jumlah dan bau lochea atau kemajuan normal dari rubra menjadi serosa. - Inspeksi insisi terhadap proses penyembuhan perhatikan kemerahan edema, nyeri eksudat atau gangguan penyatuan | - Infeksi dapat timbul akibat kurangnya kebersihan luka. - Berbagai manivestasi klinik dapat menjadi tanda nonspesifik infeksi; demam dan peningkatan rasa nyeri mungkin merupakan gejala infeksi. - Klien yang berat badannya 20 % di bawah normal, atau yang anemia atau mal nutrisi, lebih rentan terhadap infeksi pascapartum, dan dapat memerlukan diet khusus. - Demam setelah pasca operasi, leukosit dan takikardia menunjukkan infeksi - Secara normal lochea berbau amis namun pada endometritis berbau amis dan dapat gagl menunjukkan kemajuan normal. - Tanda-tanda ini menandakan infeksi luka. |
4. | Resiko terjadinya infeksi b/d luka post SC di abdomen d/d pasien mengatakan nyeri post SC, Adanya luka post SC, panjang luka ± 10 cm pasien tampak memegang perutnya. | Setelah di lakukan pengkajian selama 3 x 24 jam resiko terjadinya infeksi dapat teratasi dengan criteria hasil : tanda- tanda infeksi tidak di jumpai, pembengkakan tidak ada, nyeri tidak ada, kemerahan tidak ada, rasa panas tidak ada, keadaan luka sembuh / kering. | - Terangkan pada klien pentingnya perawatan luka selama masa post operasi. - Terangkan pada klien cara mengidentifikasi tanda inveksi. - Kaji status nutrisi klien, perhatikan penampilan rambut, kuku jari, kulit dan sebagainya. - Kaji tanda- tada vital . - Perhatikan jumlah dan bau lochea atau kemajuan normal dari rubra menjadi serosa. - Inspeksi insisi terhadap proses penyembuhan perhatikan kemerahan edema, nyeri eksudat atau gangguan penyatuan | - Infeksi dapat timbul akibat kurangnya kebersihan luka. - Berbagai manivestasi klinik dapat menjadi tanda nonspesifik infeksi; demam dan peningkatan rasa nyeri mungkin merupakan gejala infeksi. - Klien yang berat badannya 20 % di bawah normal, atau yang anemia atau mal nutrisi, lebih rentan terhadap infeksi pascapartum, dan dapat memerlukan diet khusus. - Demam setelah pasca operasi, leukosit dan takikardia menunjukkan infeksi - Secara normal lochea berbau amis namun pada endometritis berbau amis dan dapat gagl menunjukkan kemajuan normal. - Tanda-tanda ini menandakan infeksi luka. |
3.2 Implementasi Keperawatan
No dx | Tgl | jam | Implementasi | Evaluasi | Paraf |
1. | 19-03-11 | 11.45 11.50 12.00 | - Mengkaji tingkat dan karakteristik dari nyeri : tingkat nyeri dan karakteristik nyeri P : post SC Q : terasa diiris R : Di bawah umbilicus S : 6 T : 3 jam setelah operasi - Mengajarkan tekhnik relaksasi : mengurangi rasa nyeri dengan mengajarkan tarik nafas dalam dari hidung keluarkan dari mulut - Memberikan obat analgetik: drip tramadol 1 amp per infuse dan pronalges 1 supp. | S : Pasien mengatakan nyeri pada luka bekas operasi belum berkurang - Pasien mengatakan masih nyeri jika bergerak. O : pasien mau ikut tehnik relaksasi yang di ajarkan oleh perawat. A : Masalah belum teratasi P : Intervensi dilanjutkan | |
2. | 19-03-11 | 12.30 12.35 12.45 | - Mengkaji tingkat mobilitas dari pasien - Memotivasi pasien untuk melakukan mobilitas secara bertahap:mulai dari menekuk dan meluruskan kedua kaki secara mandiri,miring kanan dan miring kiri dan duduk di tempat tidur dengan dibantu keluarga - Memberi dukungan dan bantuan pada keluarga / orang terdekat pada latihan gerak pasien ; Keluarga memberi makan dan minum | S : pasien mengatakan masih belum bisa melakukan aktifitas sendiri - Pasien mengatakan masih takut bergerak. O : pasien belum bisa melakukan aktifitas sendiri - Keadaan umum lemah A : Masalah belum teratasi P : Intervensi dilanjutkan | |
3. | 19-03-2011 | 12.55 13.00 13.05 | - Mengkaji tingkat kemampuan diri dalam perawatan diri - Memotivasi klien untuk melakukan aktivitas secara bertahap - Memberikan bantuan sesuai hygiene misal menyisir | S : pasien mengtakan belum bisa melakukan perawatan diri dengan sendiri O : pasien di bantu dalam perawatan diri A : masalah belum teraatasi P : Intervensi di lanjutkan | |
4. | 19-03-2011 | 13.20 13.26 13.35 13.40 | - Menerangkan pada klien pentingnya perawatan luka selama masa post operasi. - Menerangkan pada klien cara mengidentifikasi tanda infeksi - Mengkaji tanda- tada vital . - Memberikan metronidazole 1 fls, cefriaxone 1 gr IV | S : pasien mengatakan belum mengerti cara mengidentifikasi tanda- tanda infeksi. O : pasien masih tampak kebingungan. - Pasien masih bertanya tentang tanda infeksi. A : masalah belum teratasi P : intervensi di lanjutkan | |
Implementasi Keperawatan hari ke 2
No dx | Tgl | Jam | Implementasi | Evaluasi | Paraf |
1. | 20-03-11 | 08.45 08.50 08.54 09.00 12.00 | - Mengkaji tingkat dan karakteristik dari nyeri : tingkat nyeri dan karakteristik nyeri P : post SC Q : terasa diiris R : Di bawah umbilicus S : 4 T : 3 jam setelah operasi - Mengatur posisi yang nyaman ( semi fowler) - Melakukan manipulasi nyeri (distraksi) :mengajak pasien untuk bercerita - Memberikan cairan infuse RL drip pronalges1 amp 20 tts/menit. - Memberikan obat analgetik : tramadol 1 ml IV . | S : pasien mengatakan nyeri post operasi sudah berkurang O : pasien mau di ajak bercerita A : masalah teratasi sebagian P : intervensi di lanjutkan | |
2. | 20-03-2011 | 12.05 12.10 12.15 | - Mempertahankan posisi tubuh yang tepat - Memberikan dorongan partisipasi pasien dalam semua aktivitas sesuai kemampuan individual - Mengkaji tingkat mobilitas dari pasien | S : pasien mengatakan masih belum bisa melakukan aktifitas sendiri - Pasien mengatakan sudah bisa bergerak miring kiri atau miring kanan. O : pasien belum bisa melakukan aktifitas sendiri - Keadaan umum masih lemah A : Masalah teratasi sebagian P : Intervensi dilanjutkan | |
3. | 20-03-2011 | 08.00 08.20 08.27 | - Memberikan bantuan sesuai hygiene. ( memandikan dan mengganti pakaian klien ). - Melakukan vulva hygine - Melibatkan keluarga dalam pemenuhan kebutuhan klien | S : Pasien mengatakan lebih nyaman setelah di mandikan dan di gantikan pakaiannya O : pasien tampak lebih bersih dan segar setelah di mandikan A : masalah belum teratasi P intervensi di lanjutkan. | |
4. | 20-03-2011 | 13.00 13.10 13.15 13.20 13.30 | - Mengkaji status nutrisi klien, perhatikan penampilan rambut, kuku jari, kulit dan sebagainya. - Menerangkan pada klien cara mengidentifikasi tanda infeksi - Mengkaji tanda- tada vital - Memperhahatikan jumlah dan bau lochea atau kemajuan normal dari rubra menjadi serosa. - Memberikan antibiotic : metronidazole 1 fls, dan cefriaxone 1 gr IV | S : pasien mengatakan sudah tau tanda- tanda infeksi. O : lochea baik : rubra merah segar A : masalah teratasi sebagian P : intervensi di lanjutkan | |
Implementasi Keperawatan hari ke 3
No dx | Tgl | jam | Implementasi | Evaluasi | Paraf |
1. | 21-03-11 | 14.20 14.25 | - Mengkaji tingkat dan karakteristik dari nyeri : tingkat nyeri dan karakteristik nyeri P : post SC Q : terasa diiris R : Di bawah umbilicus S : 0 T : 3 jam setelah operasi - Melakukan manipulasi nyeri (distraksi) :mengajak pasien untuk bercerita | S :pasien mengatakan sudah tidak nyeri lagi O : pasien mau di ajak bercerita A : masalah teratasi P : intervensi di hentikan | |
2. | 21-03-2011 | 14.35 14.42 | - Mengkaji tingkat mobilitas dari pasien - Dorongan partisipasi pasien dalam semua aktivitas sesuai kemampuan individual | S : pasien mengatakan sudah bisa kekamar mandi O : pasien belum bisa melakukan aktifitas sendiri - Keadaan umum masih lemah A : Masalah teratasi sebagian P : Intervensi dilanjutkan | |
3. | 21-03-2011 | 14.50 14.55 17.00 | - Kaji karakter dan jumlah aliran lochea - Memberikan bantuan sesuai hygiene memenadikan dan menggantikan pakaian. - Lakukan vulva hygiene | S : Pasien mengatakan lebih nyaman setelah di mandikan dan di gantikan pakaiannya O : pasien tampak lebih bersih dan segar setelah di mandikan A : masalah teratasi P intervensi di hentikan | |
4. | 21-03-2011 | 15.00 17.00 17.30 | - Memberikan cefriaxone 1 gr IV. - Memperhatikan jumlah dan bau lochea atau kemajuan normal dari rubra menjadi serosa. - Mengkaji tanda- tada vital . (TD: 110/80 mmHg, N : 82 x/m, S : 36,6 0C, RR : 24 x/m) | S : - O : lochea baik : rubra merah segar A : masalah teratasi sebagian P : intervensi di hentikan | |
3.2 Data Fokus
No | Hari / Tanggal | Data subyektif | Data objektif | Paraf |
1 | Sabtu 19 maret 2011 | a. Pasien mengatakan nyeri bekas operasi. b. Pasien mengatakan tidak bisa bergerak. c. Pasien mengatakan nyeri jika bergerak d. Pasien mengatakan pusing dan mual. e. Pasien mengatakan tidak bisa melakukan aktifitas sendiri f. Pasien mengatakan belum mandi selama 2 hari | a. Keadaan umum lemah b. Aadanya luka post SC ± 10 cm c. aktifitas pasien tampak di bantu oleh keluarga d. P : post SC Q : Berat R : Insisi Abdomen S : 8 T : 3 jam post op e. Pasien tampak meringis menahan sakit. f. TD : 100/60 mmHg RR : 24 x/m N : 72 x/menit S : 36,3 0C g. Pasien Belum keramas h. Rambut tampak berminyak | |
3.3 Analisa Data
No | Symptom | Etiologi | Problem | Paraf |
1. | DS: a. Pasien mengatakan nyeri bekas operasi. b. Pasien mengatakan nyeri jika bergrak. DO: P : post SC Q : Berat R : Insisi Abdomen S : 6 T : 3 jam post op c. Keadaan umum lemah d. Pasien tampak meringis menahan sakit TTV: TD : 100/60 mmHg RR : 24 x/menit N : 72 x/menit S : 36,3 0C | Luka bekas operasi | Gangguan Rasa nyaman nyeri | |
2. | DS : a. Pasien mengatakan tidak bisa melakukan aktifitas sendiri b. Pasien mengatakan nyeri jika bergerak. c. Pasien mengatakan sulit bergerak DO : a. Keadaan umum lemah. b. Aktifitas tampak di bantu | Luka post operasi | Gangguan mobilitas fisk | |
3. | DS: a. pasien mengatakan belum mandi selama 2 hari DO : b. Pasien belum keramas c. Rambut pasien tampak berminyak | Penurunan kekuatan otot | Kurang perawatan diri | |
| DS : d. pasien mengatakan nyeri post SC DO : e. Adanya luka post SC f. Panjang luka ± 10 cm | Luka post SC di abdomen | Resiko terjadinya infeksi | |
3.4 Diagnosa Keperawatan
3.4.1 Gangguan Rasa nyaman nyeri b/d Luka bekas operasi pada abdomen d/d pasien mengatakan nyeri bekas operasi, Pasien mengatakan nyeri jika bergrak,adanya luka post operasi, Keadaan umum lemah, asien tampak meringis menagan sakit TTV: TD : 100/60 mmHg, RR : 24 x/menit, N : 72 x/menit, S : 36,3 0C.
3.4.2 Gangguan mobilitas fisik b/d nyeri pada abdomen post op d/d Pasien mengatakan tidak bisa melakukan aktifitas sendiri , pasien mengatakan nyeri jika bergerak, pasien mengatakan sulit bergerak , pasien tampak di bantu dalam pergerakan, keadaan umum lemah.
3.4.3 Kurangnya perawatan diri b/d penurunan kekuatan tubuhd/d pasien mengatakan belum mandi selama di rumah sakit, Pasien belum keramas, Rambut pasien tampak berminyak
3.4.4 Resiko terjadinya infeksi b/d luka post SC di abdomen d/d pasien mengatakan nyeri post SC, Adanya luka post SC, panjang luka ± 10 cm.
The titanium watches that are suitable for beginners, pros, and
BalasHapusEach titanium dioxide device comes 도레미시디 출장샵 in two main designs: the Silver watch and the Silver bracelet. The titanium wedding bands Silver watches are designed to suit all 바카라사이트 sports titanium rings